tekocangkir7.blogspot.com

Selasa, 28 Februari 2012

Menjadi Halal Untukku?

Menjadi Halal Untukku?

Arum Jayanti

Cinta. Apakah cinta itu menurut persepsimu? Menurutku cinta itu harus diungkapkan, verbal juga dengan tindakan. Tapi sepertinya cinta bagimu tidak sama denganku. Terkadang aku tidak mengerti apa yang ada dalam benakmu.
***

Mungkin rasa sayang ini tidak seperti rasa sayang lelaki pada umumnya. Rasa sayang yang ditunjukkan dengan kata-kata dan malah terkesan gombal. Aku mungkin tidak seperti apa yang mungkin banyak laki-laki lakukan. Tetapi percayalah, bahwa aku menyayangimu tidak kurang dari rasa sayang lelaki lainnya.
***

Terkadang aku bingung, apakah kau mencintaiku atau tidak. Kau membingungkan. Dan itulah yang membuatku semakin penasaran. Membuatku semakin ingin masuk kedalam kehidupanmu lebih dalam.
***

Janganlah menyangsikan perasaan ini. Aku begini karena aku menyayangimu. Pada saatnya nanti pasti kau akan tahu mengapa aku melakukan hal seperti ini, semata hanya untuk menjagamu, menghargaimu. Jadi, janganlah kau memelihara keraguanmu itu.
***

Kita telah berteman, berpartner bertahun-tahun. Tapi, mengantarkan aku pulang ke rumah saja kau tidak pernah. Bahkan pernah suatu kali, kita terjebak hujan deras di kampus, menawarkan boncengan pun tidak, walaupun tak mengapa hanya sekedar basa-basi. Lelaki mana yang akan membiarkan seseorang yang dicintainya kehujanan sendirian. Walaupun memang kau menungguiku sampai mendapat angkutan umum. Namun, pertanyaan yang tidak pernah absen dibenakku adalah mengapa tak sekalipun kau menawarkan diri untuk mengantarku pulang?... apakah kau takut pada orang tuaku? ataukah memang kau tidak serius denganku?.
***

Taukah kau mengapa aku tak pernah menawarkan diri untuk mengantarmu pulang atau menawarimu boncengan, itu karena aku tidak ingin membuat kita berdua berdosa dihadapan-Nya. Aku ingin menjagamu. Jalan pikiranku mungkin tidak seperti lelaki pada umumnya, tapi aku meyakini bahwa inilah yang terbaik. Untukmu dan untukku, untuk kita berdua.
***

Cinta yang membingungkan. Itulah cinta yang kurasakan. Terkadang aku takut rasa cinta ini hanya bertepuk sebelah tangan. Namun terkadang aku yakin bahwa kau memang mencintaiku. Selalu! Setiap aku sedang berbicara pada seorang laki-laki, ntah itu berdiskusi soal tugas ataupun sekedar tegur sapa, kau selalu saja ikut bergabung dengan kami. Mungkin ini bentuk kegeeranku ataukah kau memang sengaja melakukannya untuk mengetahui apa yang sedang kami bicarakan?... semoga benar itu adalah bentuk kecemburuanmu.
***

Aku tidak tahu mengapa aku selalu ingin tahu apa yang sedang kau bicarakan dengan lelaki-lelaki itu. Setiap kali kau berbicara dengan mereka, hatiku selalu bergemuruh, aku penasaran apa yang sedang kalian bicarakan, aku selalu ingin tahu itu… selalu! Aku ingin marah, tapi bukan wilayah kekuasaanku untuk menumpahkan semua amarahku. Kuakui aku cemburu.
***

Kalau kau cemburu mengapa tidak katakan saja. “Aku cemburu!” apakah kata itu sulit untukmu?. Mengapa kau hanya bisa diam? Taukah kau, terkadang aku berfikir kau hanya mempermainkan perasaanku. Menarik ulur hatiku.
***

Mengapa kau selalu memupuk keraguanmu? Buanglah segala keraguanmu, aku tidak pernah sekalipun berfikir untuk menarik ulur hatimu. Bahkan, aku seperti ini karena aku betul-betul serius padamu. Betul-betul ingin menjagamu. Menjaga kita agar tidak berdosa dihadapan-Nya.
***

Jangankan mengatakan “Aku cemburu!”, menatap mataku saja kau tidak mau. Apakah menurutmu aku sangat jelek? Hingga menatapku saja kau tak sanggup. Ya Allah, aku benar-benar bingung dengan apa yang ada dipikirannya. Disatu sisi aku merasa dia mencintaiku, namun disisi lain aku merasa dia tidak mencintaiku. Apakah cintaku ini hanya bertepuk sebelah tangan? Apakah rasa cintanya yang kurasakan hanya sekedar bentuk kegeeranku semata? Cinta ini betul-betul membingungkan…
***

Mengapa kau berasumsi demikian? Setiap wanita diciptakan Allah dengan kecantikannya masing-masing. Harus kau tahu aku tidak pernah menatap matamu saat kita sedang bicara bukan karena kau jelek, melainkan aku takut! Takut… benar-benar takut… takut  karena makhluk indah ciptaan-Nya sepertimu bisa membuatku berdosa. Ya! Berdosa. Membiarkan mata ini menatap matamu yang bening bak air telaga dapat membuatku zina mata, membuat kita berdosa.
***

Jalan pikiranmu memang tidak bisa kutebak. Itulah yang membuatku semakin penasaran. Kau tidak seperti lelaki lain, lelaki pada umumnya. Kau berbeda, dan perbedaan itulah yang membuatmu semakin istimewa di mataku. Istimewa dan ragu… ntah siapa yang pada akhirnya akan sampai lebih dulu, keistimewaanmu ataukah keraguaan dihatiku? Entahlah…
***

Aku berpegang teguh pada keyakinanku. keyakinan yang membuatku seperti ini. Keyakinan yang membuatku bisa menjagaku, dan menjagamu. Mengetahui batasan-batasan yang akan indah pada waktunya. Aku percaya janji-Nya. Dan karena-Nya lah aku menyayangimu.
***

Kau memang luar biasa. Keyakinanmu membuatku semakin kagum padamu. Rasanya semakin hari kekagumanku semakin bertambah. Ditambah lagi saat kau perhatian padaku. Rasa kagumku bertambah berlipat-lipat. Aku masih ingat salah satu bentuk perhatianmu, waktu itu aku sakit, Kau menelpon ke rumah, bertanya pada ibuku bagaimana keadaanku. Aku bahagia ternyata kau memperhatikanku. Dibalik sikap diammu kau begitu peduli. Kau datang ke rumah. Untuk pertama kalinya kau datang ke rumahku, melihat keadaanku. Terpatri raut wajah cemas dan khawatir diparasmu yang tidak bisa kau sembunyikan, aku benar-benar senang. Aku pun senang saat kau mengusulkan berbagai makanan dan buah-buahan yang dapat menyokongku untuk cepat sembuh. Yang membuatku kurang senang alias bete alias sebel adalah bahkan kau tidak memegang tangan atau dahiku –untuk memastikan suhu badanku dan kekhawatiranmu padaku-, setidaknya itulah yang aku lihat di tv-tv. Mmmm,, atau jangan-jangan kau takut tertular penyakitku? Aku hanya sakit demam berdarah, bukan panu atau cacar air. Jadi, jangan khawatir tertular penyakitku kalau kau pegang.
***

Kau pasti berasumsi macam-macam lagi. Asumsi-asumsimu selalu menggelitikku untuk tertawa. Penyakitmu bukan penyakit menular, bagaimana bisa kau berasumsi aku tidak memegangmu karena aku takut tertular penyakit. Tidak! Aku tidak memegang tangan atau dahimu bukan karena aku takut tertular penyakitmu, melainkan memang bukan hakku untuk menyentuhmu. Betapa dosanya aku, jika sampai menyentuhmu. Aku ingin menghargaimu, menjagamu. Biarlah suamimu kelak yang menyentuhmu. Lelaki yang telah mengijabsahkanmu dihadapan Allah dan semua makhluk-Nya. Namun, tak dapat dipungkiri aku berharap suamimu kelak adalah aku. Itu adalah sebuah pengharapan dari seorang manusia, hasil akhirnya semua kembali lagi pada-Nya, hanya Dialah yang tahu siapa jodoh kita masing-masing.
***

Ya. Mungkin jika kau mendengar isi pikiranku kau akan terkekeh. Bagaimana mungkin aku membandingkan realitas nyata dengan realitas sinetron di tv. Tidak semua realitas sinetron itu positif dan cocok diterapkan dalam realitas kenyataan. Bicara soal realitas kenyataan, sekarang kau sudah mapan, tampan, matang, pasti banyak wanita yang melirik, menyukai, dan menginginkanmu.  Semakin banyak pilihanmu untuk mendapatkan calon pendamping hidupmu. Semakin banyak wanita lebih dariku yang menyukaimu. Lebih dalam banyak hal; kecantikan, kepintaran, kereligiusan dan sebagainya. Banyak penggemar wanitamu yang mengulurkan hijabnya lebih panjang dariku. Apakah mungkin kau memilihku?
***

Apakah tingkat kereligiusan dan keimanan seseorang diukur dari panjang pendeknya hijab? Mengapa kau selalu ragu padaku? Hapuslah segala keraguanmu. Memang banyak wanita cantik, pintar dan lebih religius darimu, tapi… hatiku telah tetaut padamu, dalam dirimu aku menemukan bukan hanya kecantikan fisik, tapi juga kecantikan hati. Hal itulah yang membuatku menyayangimu. Selain itu, kau juga selalu membuatku tersenyum, selalu menyejukkan hatiku. Itu membuatku begitu nyaman denganmu.
***

Ya! Banyak wanita lebih dariku dalam segala hal yang menyukaimu. Sementara sampai saat ini aku tidak tahu apakah kau mencintaiku atau tidak… Ya Allah, ini benar-benar membingungkan. Apakah sekarang waktunya aku untuk berhenti. Benar-benar berhenti mengharapkannya. Jika benar perasaan cintaku ini bertepuk sebelah tangan dan hanya berupa harapan kosong belaka, tolong hilangkanlah perasaan sayangku ini Ya Allah.
***

Sepertinya sudah waktunya aku mengungkapkan perasaanku ini. Sudah waktunya aku bilang pada Orang tuanya. Sudah waktunya aku menyempurnakan agamaku. Mungkin inilah waktu yang tepat. Aku ingin dia menjadi halal untukku. Jika benar dia adalah jodoh hamba, tolong dekatkanlah kami ya Allah, dan hamba mohon berilah hamba kelancaran dalam mengungkapkan isi hati padanya.
***

Ini adalah kegiatan sarasehan yang kami adakan setiap bulan. Untuk menjalin ukhuwah diantara kakak alumni dan teman-teman organisasi. Dan tentu saja kau hadir dalam acara ini. Kau memang terkenal. Dalam acara ini pun aku melihat banyak wanita yang mengagumimu, mencuri pandangan padamu. Aku tahu, karena aku juga wanita. Aku merasakannya. Mulai sekarang aku akan berusaha berhenti menyukaimu, walaupun sebenarnya berat. Aku sengaja menyibukkan diri dengan buku dan pena dihadapanku agar tidak melihatmu, kebetulan aku bendahara. Kau hadir dan memberikan sambutan. Yah, seperti biasa, tepukan hangat ramai riuh untukmu. Seperti acara sarasehan setiap bulan biasanya. Yang tidak biasa adalah pada akhir acara kau meminta mc untuk memberi kesempatan untuk mengatakan sesuatu. Dan itu benar benar mengejutkanku.
. ***

Aku naik ke atas panggung, seperti seorang yang akan berpresentasi.
            “Saya berada di sini ingin mengajukan proposal. Yah! Bisa dibilang proposal. Proposal untuk menyempurnakan agama Allah. Saya telah bicara pada orang tuanya. Beliau merestui niat saya. Sekarang waktunya saya yang bicara pada wanita itu”
(tiba-tiba LCD disampingnya muncul sajak – sajak puisi. Dan dia mulai membacanya)
Aku diam…
Bukan berarti aku tak sayang..
Aku menyayangimu… karena cintaku pada-Nya
Dalam diamku… aku menyayangimu…
Mungkin aku tak seperti lainnya… tapi taukah rasa sayangku tidak kurang dari yang lain?
Maukah kau menjadi halal untukku?
Maukah kau menjadi penyempurna agamaku?
Maukah kau menjadi Ibu untuk anak-anakku?
***

Hatiku seperti tersayat pisau sembilu. Sungguh beruntung wanita yang telah membuatmu berani bertindak sedemikian ekstrem. Bahkan diawal, kau bilang kau telah menemui orangtua wanita itu. Aku melamun dalam kepedihan. Rasanya air mata ini ingin mengucur deras, namun tertahan. Dada ini rasanya sesak. Aku melamun… benar-benar melamun, hingga tidak mendengar kebisingan sekelilingku… terlamun dalam kesedihan yang begitu dalam…
***

Dan dislide terakhir sengaja aku tulis namamu…
“Maukah Nisa?”
“Maukah kau menjadi halal untukku, yasmeen arrafi nisa?”
***

Aku menikmati lamunanku, benar-benar menikmati lamunan sayatan-sayatan rasa pedih ini. Sampai pada akhirnya seorang teman menyenggolku dan disambut teriakan “mau! Mau! Mau!” dari teman-teman yang lainnya. Aku benar-benar linglung dan bingung dengan mereka yang menatapku seperti itu. Untuk menghilangkan kebingungan ini Aku terpaksa melihat kearahmu menyaksikan proses lamaranmu pada wanita yang beruntung itu. Kau berkata:
“Maukah Nisa?”
“Maukah kau menjadi halal untukku yasmeen arrafi nisa?”
Aku hanya bisa terpaku. Nisa, Yasmeen arrafi nisa itu namaku. Ya Allah, Bangunkan Aku….








Tembalang, November 2011

1 komentar: